Ini alasan mengapa test PCR itu mahal

2021-12-14 20:43:34 By : Mr. shuifa Liu

Ontwerp door Ronny A. Buol - november 2021

Membutuhkan biaya lebih banyak karena menggunakan mesin khusus dan alat (kit) pendukung.

ZONAUTARA.com – Masyarakat mengeluhkan mahalnya biaya tes swab dengan methode RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) yang kini telah menjadi syarat touk bisa keluar masuk di sejumlah dareah.

Methode PCR terbilang mahal karena merupakan pengujian virus corona yang akurat, dengan cara Mengambil sampel lendir dari hidung atau tenggorokanmenggunakan batang plastik berujung kapas. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam botol, lalu dikirim ke labpratorium untuk dianalisis.

Menurut ahli mikrobiologi Universitas Indonesia, Pratiwi Pujilestari Sudarmono, RT-PCR membutuhkan biaya lebih banyak karena menggunakan mesin khusus dan alat (kit) pendukung.

“Semua componen itu ditambahkan maka harganya menjadi mahal. Minimum harganya berkisar antara Rp1.2 sampai Rp1.5 juta,” ujar Pratiwi.

Lantas, mengapa biaya tes PCR sampai terbilang mahal? Berikut alasannya dikutip dari CNN Indonesië.

Pratiwi menuturkan tes PCR dilakukan dengan dua tahap, yakni virus yang ada di dalam sel manusia harus diekstraksi. Setelah keluar dari sel, virus akan dideteksi apakah SARS-CoV-2 atau bukan.

Zaman dahulu, dua tahapan tes PCR itu dilakukan secara handleiding. Namun, pengetesaan oleh manusia punya tingkat kesalahan yang lebih tinggi.

Seiring dengan perkembangan teknologi, dua tahapan itu dikerjakan dengan menggunakan alat yang dibuat di pabrik touk Mengurangi tingkat kesalahan.

“Harga (per satu kali tes memakai) dua kit ini rerata adalah sekitar Rp500-600 ribu. Kemudian sisanya adalah swab-nya voor Mengambil sampel dari hidung dan tenggorokan. Kemudian kita perlu Viral Transport Medium (VTM) agarvirus tidak mati,” ujarnya.

Bahkan, kedua tahapan itu bisa dilakukan secara otomatis dengan mesin. Akan tetapi, kit dan mesin harus selaras, tidak bisa pakai kit dengan merek berbeda atau dinamakan sistem tertutup.

“Yang banyak di Indonesië adalah sistem terbuka di mana kita bisa beli kit dari banyak sekali sumber, kemudian kita pakai di berbagai merek merek”, ujarnya.

Pratiwi menyampaikan kit voor PCR memang mahal. Sebab, diamengatakan kit membuat pengetesan menjadi otomatis. Harga alat juga mahal karena dirakit di luar negeri. Di Indonesië, tidak ada pabrik yang memiliki kapasitas membuat kit PCR.

Tak hanya itu, petugas yangmengambil sampel wattenstaafje harus menggunakan alat pelindung diri. APD sangat pentingmengingat sampel virus diambil dari jarak dekat.

Kemudian, sarana pembuangan limbah wattenstaafje juga menambah biaya PCR. Limbah wattenstaafje berbahaya, sehingga tidak boleh dibuang sembarangan.

“Kemudian perlakuan terhadap spesimen, virus, dan di laboratorium harus dilakukan di laboratorium khusus. Harus dilakukan di laboratorium bioveiligheid niveau-2 yang memerlukan pemeliharaan yang spesifik,” ujar Pratiwi.

Dari seluruh it it, Pratiwi mengakumulasi biaya yang diperlukan tuk sekali tes PCR berkisar Rp1.2-1.5 juta. Bahkan, itu belum termasuk biaya lain seperti jasa doctor hingga analis.

"Itu yang menyebabkan mahal," ujarnya.

Meski mahal, Pratiwi menegaskan PCR lebih akurat. Diamengatakan PCR is een snelle oplossing voor antibodies.

Sticky HEADLINE, Lingkungan dan Konservasi, LAPORAN KHAS

Je moet ingelogd zijn om een ​​reactie te plaatsen.

Deze site gebruikt Akismet om spam te verminderen. Lees hoe uw reactiegegevens worden verwerkt.

↑ Grijp deze Headline Animator

Ontwerp door Ronny A. Buol – november 2021

Ontwerp door Ronny A. Buol – november 2021