Tes PCR Pernah Jutaan, Ternyata Harga Reagennya Cuma Segini!

2021-12-01 08:47:03 By : Ms. Christina Shan

Jakarta, CNBC Indonesië - Harga PCR is geldig vanaf 275 roepies voor Jawa Bali en 300 roepies. Padahal di awal-awal pandemi, jasa tes ini bisa mencapai jutan rupiah.

Kebijakan penurunan dilakukan setelah Kementerian Kesehatan en BPKP melakukan audit pada componen alat dan jasa tes RT - PCR sesuai arahan Presiden Jokowi.

Dari hasil-audit BPKP terhadap biaya barang dan jasa tes RT - PCR dari e-catalogus terdapat potensi harga yang lebih rendah. Mulai dari Reagen, hazmat atau alat pelindung diri, hingga RNA.

Secretaris Jenderal Perkumpulan Organisasi Perusahaan Alat-Alat Kesehatan van Laboratory (Gakeslab) Randy H. Teguh menjelaskan alat pemeriksaan tes PCR it it bermacam-macam, sehingga tidak bisamengeralisir berapa modale pasti unuk melakukan tes ini.

Namun biaya alat pengetesan seperti Reageer dan APD biasanya mencapai 40% - 50% dari struktur harga tes RT - PCR. Sisanya voor membayar perawat, doctor, administrasi, hingga sewa ruangan.

Dia menjelaskan kisaran harga reagens itu mulai dari Rp 150 - 500 ribu tergantung asal dan kualitas barang. Semakin mahal tentu tingkat akurasinya akan semakin bagus. Sementen voor het investeren in PCR voor een mulai dari ratusan juta hingga Rp 2 miliar.

"Cukup mahal, makanya kasihan juga yang sudah investasi, bingung harus menghitung ulang," katanya kepada CNBC Indonesia beberapa waktu lalu.

Menurut Randy dengan batasan harga PCR Rp 275 - 300 membuat penyedia layanan tes semakin sulit mendapatkan alat tes yang berkualitas. Jika melihat struktur harga itu reagens yang paling banyak beredar pada kisaran Rp 100 ribuan.

Peneliti bidang Mikrobiologi Klinik, Amin Soebandriomengatakan seharusnya penurunan harga tidak mempengaruhi kualitas PCR, karena penyedia fasilitas sudah berkomitmen menyanggupi melakukan pemeriksaan. Sementaramengai harga memang diatur oleh pemerintah.

Namun penurunan harga ini akan lidatkan penyedia jasa, karena ada biaya yang harus dikeluarkan seperti penyedian alat reagens, tenaga kesehatan, pemeliharaan alat, sampai hitungan keuntungan perusahaan.

"Keuntungan pasti terpengaruh, misalnya dari biasanya ambil profit 10%, ya pasti berkurang. Kalau kualitas ya memang semua bisa sama," ujar mantan Kepala Lembaga Eijkman ini.